Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di >
Informasi bisnis terbaik 2020 .
Dia adalah
Dawud bin Umar Al-Anthaki dan biasa dipanggil dengan nama
Al-Anthaqi karena dilahirkan di kota Antakia, sebuah kota yang terletak di sebelah utara Syiria. Namanya juga banyak disebut dengan beberapa gelar kehormatan sebagai bukti atas derajat dan kedudukannya di kalangan para dokter Mesir dan dokter muslim pada masanya. Salah satu gelarnya adalah
Thabib Hazhiq al-Wahid karena Ia dikenal sebagai seorang tabib yang ahli fisioterapi, meramu obat, & ilmu jiwa.
Syaikh Al-Anthaki dilahirkan dalam keadaan tuna netra. Namun ketunanetraannya tidak menghalanginya untuk menjadi seorang ilmuwan besar. Dia dilahirkan di kota Anthakia Syiria (sekarang sudah termasuk bagian dari negara Turki). Tanggal kelahirannya tidak diketahui secara persis. Dia lalu berhijrah meninggalkan Syiria menuju kota Cairo dan menetap di sana dalam waktu yang cukup lama (pada saat itu Mesir di bawah pemerintahan Utsmani). Pada awalnya dia diangkat menjadi kepala ahli herbal di rumah sakit Al-Manshuri, kemudian menjadi kepala umum di rumah sakit yang sama. Pada akhir usianya dia pindah ke kota Makkah hingga wafat di sana pada tahun 1008 H (1599 M).
Pendidikannya Al-Anthaki menghafal Al-Qur`an dan belajar agama di tempat kelahirannya. Di tempat ini, dia juga belajar ilmu mantiq, matematika, kedokteran dan bahasa Yunani. Sebagain ahli sejarah mengatakan bahawa Al-Anthaki berangkat ke Turki untuk memperdalam ilmu kedokteran dan farmasi.
Ketika dia tinggal di kota Cairo, dia mempergunakan waktu luangnya di rumah sakit Al-Manshuri untuk mempelajarai buku-buku tentang herbal yang telah ditulis ilmuwan-ilmuwan besar Islam, seperti Al-Kindi, Ali bin Rabn At-Thabari, Ibnul Jazzar, Abu Bakar Ar-Razi, Ibnu Sina, Abu Ar-Raihan Al-Biruni, Al-Ghafiqi, Ibnu Majah, Musa bin Maimun dan Ibnul Baithar. Dia juga mempelajari referensi-referensi Yunani dan Persia untuk mendalami ilmu kedokteran.
Al-Anthaki adalah seorang yang cerdas dan punya ingatan kuat, penulis handal, dan penyayang terhadap saudaranya yang seagama dan seiman. Dari ungkapannya, kita dapat mengetahui sebab yang melatarbelakangi bukunya yang beri judul,
"Tadzkirah Ulul Albab." Dia mengatakan,
"Ketika saya datang ke Mesir dan saya melihat seorang fakih yang dijadikan sebagai rujukan dalam urusan agama yang menyebabkan orang Yahudi juga ikut memakai wangi-wangian, saya bertekad untuk menjadikannya seperti ilmu-ilmu lain agar kaum muslimin bisa mempelajari dan mengambil manfaatnya." Syaikh kita ini berakhlak mulia, memiliki rasa kemanusiaan yang tinggi, dan selalu menjadi figur dalam ilmu kedokteran. Kenyataan ini dapat kita lihat dalam perkataannya berikut ini:
"Cara pembuatan obat-obatan seperti ini mestinya dihargai dan dihormati. Tidak diserahkan begitu saja kepada orang yang hina sehingga menjadi tidak berharga, juga tidak diserahkan kepada orang miskin sehingga membebani sesuatu yang diluar kemampuannya. Engkau hendaknya berakhlak mulia, sehingga orang-orang dapat menerimamu dengan lapang dada. Jangan engkau besar-besarkan sakit seseorang dan jangan bersenang-senang di sisi orang yang sakit. Janganlah engkau memberitahukan kepada orang lain apa yang tidak disukainya, dan jangan meminta upah. Berikan kepada manusia apa yang bermanfaat darimu, dan berilah pelayanan kepada orang yang berharap kepadamu. Karena apabila kamu telah menyia-nyiakannya, berarti kamu adalah orang yang sia-sia." Karyanya Dawud Al-Anthaki menulis buku tentang dasar-dasar kedokteran dan obat-obatan, sebagaimana dia juga menulis buku dalam bidang astronomi, filsafat dan sastra. Selain itu, dia juga memiliki karya berupa sajak dan syair. Adapun karya-karyanya yang paling terkenal adalah sebagai berikut:
"Tadzkirah Ulul Albab wa AlJami'LiAl-Ajab Al-Ujab." Buku ini terkenal dengan nama "Tadzkirah Dawud." "Nuzhah Al-Adzhan Fi Ishlah Al-Abdan" "Ki fayah Al-Muhtaj Fi Ilmi Al-Ilaj" "Alfiyah Fi Ath-Thib" "Syarh Ainiyah Ibnu Sina" "An-Nuzhah Al-.Mubhijah Fi Tasyhidz Al-Adzhan Wa Ta'dil Al-Amzijah" "Al-Qawaid Al Mubhirah Fi Al-Baithirah Wa Al-Buzdirah" "Risalah Fi Ilm Al-Hai'ah" Buku
"Tadzkirah Ulul Albab wa Al-Jami' Li Al-Ajab Al-Ujab," yang dikenal dengan nama "Tadzkirah Dawud" adalah karya tulis Dawud Al-Anthaki paling besar dan penting. Sebuah buku besar yang terdiri dari tujuh ratus halaman dengan ukuran kertas besar. Buku ini sangat populer dan menyebar luas pada abad kesebelas Hijriyah dan merupakan acuan dalam dunia kedokteran di kalangan umum. Karena buku ini telah memberikan kemudahan bagi banyak orang dalam mengobati berbagai jenis penyakit biasa tanpa harus memiliki pengalaman dalam mengobati.
Dalam kata pengantarnya, Al-Anthaki berkomentar tentang bukunya dengan mengatakan,
"Saya merasa senang bisa menulis satu buku yang masih sangat jarang ditemui dan disusun secara menakjubkan. Bahkan belum pernah ada buku yang seperti ini. Buku ini dapat dipahami oleh orang pintar dan bodoh serta bisa digunakan oleh orang yang cerdas dan idiot. Buku ini tidak berisikan hal-hal yang susah dan rumit untuk dipahami. Buku ini saya tulis semata-mata karena Allah dengan mengharapkan pahala dari-Nya." Dawud Al-Anthaki berkata dalam kitabnya At-Tadzkirah,
''Jintan hitam itu berkhasiat menghentikan lendir dan dahak yg parah, radang kolon (usus) yg menyebabkan susah dalam pembuangan kotoran dan masuk angin, serta rasa sakit pada dada dan batuk-batuk. Ia pun berkhasiat dalam meningkatkan kejantanan serta menghilangkan mual-mual dan mulas, mencegah makanan menjadi rusak dan juga busung air. Mengonsumsi jintan hitam pada pagi hari dapat mencerahkan warna kulit dan meremajakannya. Dan apabila rutin mengonsumsi jintan hitam akan berkhasiat menghancurkan batu dalam kemih maupun ginjal, serta membersihkan kantong empedu.'' Dawud Al-Anthaki membagi bukunya kepada satu muqadiddamah, empat bab dan penutup. Berikut adalah penjelasannya:
Muqaddimah: Al-Anthaki menyebutkan disiplin-disiplin ilmu yang dia bahas dalam bukunya serta menjelaskan hubungannya dengan kedokteran, eksistensi kedokteran, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin menjadi dokter.
Bab pertama: Pengobatan dengan obat-obatan dan herbal.
Bab kedua: Aturan umum yang mengendalikan pembuatan obat dan proses pembuatan berbagai macam obat.
Bab ketiga: Pada bab ini, Al-Anthaki menyebutkan obat-obat yang diracik secara tersendiri dan yang dipadu dengan obat-obat lain berdasarkan huruf abjad.
Bab keempat: Al-Anthaki menyebutkan beberapa penyakit beserta obatnya dan hal-hal lain yang ada hubungannya dengan permasalan tersebut.
Penutup: Al-Anthaki menutup bukunya dengan menyebutkan hal-hal aneh yang dia temui dalam hidupnya atau yang pernah dia baca berhubungan dengan dunia kedokteran
Daud an-Anthaki sering melakukan pengamatan & penelitian terhadap terapi pengobatan. Ia berhasil mengidentifikasi beberapa jenis obat yang dipakai untuk mengobati berbagai penyakit.
Selain melakukan penelitian & menulis buku, al-Anthaki juga pernah membuat sebuah identitias yang dilindungi Undang-Undang. Kartu tersebut berisi sejumlah keterangan, seperti nama, kedudkuan, kegunaan, jenis obat atau terapi. Al-Anthaki juga mengenalkan metode kartu identitas untuk pemeriksaan & pengobatan yang terdiri dari 10 komponen, yaitu nama, bahasa yang dipakai, riwayat kesehatan, penyakit, suhu badan, keluhan yang dirasakan, pengobatan sendiri, pengobtan yang dilakukan bersama orang lain, kemampuan & solusi penyembuhan. Selain hal itu, al-Anthaki menambahkan beberapa keterangan lagi, yaitu jadwal minum obat, cara menyimpan obat tersebut, & tempat memperolehnya. Semua hal itu adalah bukti kepedulian al-Anthaki pada para pasieannya. Ia menangani mereka dengan sangat hati-hati.
Menurut al-anthaki, ilmu kedokteran perlu mendapat penghormatan & proporsi yang tepat. Ilmu kedoktean juga harus berada di tangan orang yang profesional agar bisa memberikan hasil optimal. Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertanggung jawab & tidak mampu sebaiknya tidak bekerja di bidang ini agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sehungan dengan hal itu, al-Anthaki berkata,
'' Ilmu kedokteran merupakan bagian dari ilmu para raja yang diwariskan di kalangan mereka secara turun-temurun. Ilmu kedokteran tidak pernah hilang dari mereka karena mereka mengkhawatirkan kedudukannya.'' Daud al-Anthaki juga menjelaskan bagaimana ia memilih guru yang tepat yang mampu mengajarkannya ilmu kedokteran. Al-Anthaki lalu menceritakan pengalamannya ketika berada di Mesir. Ia berkata telah melihat seorang ulama, yang menjadi panutan masyarakat & tempat pengaduan bergabagai masalah keagamaan, mengunjungi rumah seorang Yahudi untuk berobat. Sejak saat itu al-Anthaki berniat menjadikan ilmu kedokteran seprti ilmu lainya.
Di sela-sela kesibukannya, al-Anthaki masih sempat menulis sebuah buku setebal 700 halaman. Buku tersebut berjudul
Kitab Nafis , yang kemudian dikenal dengan nama Tazkirah Daud. Dikemudian hari, buku ini diberi judul tambahan judul Tazkirah Ulil Alhab wal Jami'lil 'Ajabil Ujjah. Karya ini merupakan salah satu warisan Arab-Islam yang menjadi kebanggan di Perpustakaan Arab.
Sepanjang hidupnya, al-Anthaki menekuni dunia kedokteran & terus mendalami ilmu pengobatan. Ia meninggal dunia pada tahun 1599 (1008 H) di Makkah. Sebelumya, ia sempat menyelesaikan sejumlah monograf ringkas & sebuah karya yang berisi kecaman pedas para filosof yang berjudul Risalah fi Ta'ir wal Ukab. Selain itu, ia juga berhasil menyelesaikan sebuah buku tentang penggunaak astrologi dalam kedokteran. Buku tersebut berjudul Unmudhaj fi 'ilm al-Falak.
Sumber http://www.zulfanafdhilla.com/
Selain sebagai media informasi pendidikan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.